Benarkah Tentara Dajjal Telah Muncul?

Benarkah bala tentara Dajjal telah muncul? Pertanyaan ini mencuat ketika Israel memperkenalkan “Kfir” yang merupakan brigade elit Israeli Defenses Force (IDF).

Brigade ini dibentuk sebagai “900th Brigade” atau Brigade ke-900, yang masuk dalam unit paling elit satuan infanteri IDF di bawah Kementerian Pertahanan Israel.

Brigade Kfir berada di bawah komando Divisi 162 (Utzvat Haplada). Nama asli Brigade tersebut adalah “KFR”, karena sistem huruf Ibrani tidak mengenal huruf hidup.

Pasukan ini juga merupakan kesatuan anti teroris yang paling efektif di negara Israel. Bukan itu saja, perusahaan penerbangan Israel bernama IAI yang bekerja sama dengan agen pemerinta juga telah meluncurkan pesawat tempurnya yang diberi nama Kfir.


http://pandaankota.files.wordpress.com/2009/11/0931939.jpg


Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa ciri-ciri fisik Dajal, selain bermata satu, di jidatnya juga ada aksara Arab “Ka Fa Ra” atau Kafir.

Kafir berarti “Tidak mempercayai”. Dajjal dan para pengikutnya memang tidak percaya pada Allah Swt, karena mereka lebih percaya pada Iblis atau Lucifer.

Di hadist lain, Rasul juga mengatakan bahwa Dajjal akan memimpin pasukan yang berjumlah 70,000 pasukan. Dan di hadist lainnya pula disebutkan bahwa Dajjal hanya memiliki satu buah mata. Coba perhatikan gambar di bawah ini :

http://pandaankota.files.wordpress.com/2009/11/csyd_kfir_01.jpg

Jadi benarkah pasukan Dajjal telah muncul? Benarkah kiamat semakin dekat? Hanya Allah yang tahu.




Sumber : http://www.apakabardunia.com/2011/04/benarkah-tentara-dajjal-telah-muncul.html

Mukjizat dan Keajaiban Ucapan Bismillah



Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. AL-An’aam: 118)
 
Sebuah tim dari para peneliti senior dan Profesor universitas di negeri Suriah sampai pada suatu penemuan ilmiah yang menunjukkan bahwa ada perbedaan besar dalam hal perkembangbiakan mikroba antara daging yang dibacakan takbir ketika disembelih dengan daging yang tidak dibacakan.
 
Tim medis yang terdiri dari 30 Profesor spesialis di berbagai bidang yang berbeda dalam ilmu kedokteran laboratorium, bakteri, virus, dan ilmu pengetahuan gizi dan kesehatan daging dan patologi anatomi, kesehatan hewan dan penyakit pada sistem pencernaan melakukan penelitian biologi dan anatomi selama tiga tahun.

Penelitian itu untuk mempelajari perbedaan antara sembelihan yang dibacakan nama Allah (Bismillah) dan membandingkannya dengan sembelihan yang disembelih dengan cara yang sama, akan tetapi tanpa menyebut nama Allah (Bismillah) .
 
Dan penelitian tersebut telah menunjukkan pentingnya dan perlunya menyebutkan nama Allah (Bismillahi Allahu Akbar) ketika menyembelih binatang ternak dan burung. Dan hasil penelitian itu sungguh mengejutkan dan mengherankan dan yang digambarkan oleh anggota tim medis sebagai sebuah Mukjizat (keajaiban) yang tidak bisa digambarkan dan dikhayalkan. 
 
Penanggung jawab Humas dari penelitian ini yaitu Dr.Khalid Halawah berkata bahwa uji coba laboratorium membuktikan bahwa serat daging yang disembelih tanpa Bismillah dan Takbir selama tes uji serat dan perkembangbiakan bakteri ini penuh dengan kuman dan darah yang tertahan dalam daging, sementara daging yang disembelih dengan Bismillah dan Takbir benar-benar bebas dari bakteri dan steril tidak mengandung darah yang tersisa/tertahan. 
 
Dan Halawah mendeskripsikan dalam pembicaraannya kepada kantor berita Kuwait (KUNA) bahwa penemuan ini merupakan revolusi ilmiah besar di bidang kesehatan manusia dan keselamatannya yang terkait dengan kesehatan apa uang dia konsumsi berupa daging binatang ternak. Dan yang telah terbukti dengan secara pasti bahwa daging tersebut bersih dan steril dari kuman dengan membacakan Bismillah dan Takbir ketika menyembelihnuya.


 
Sementara itu, kata peneliti Abdul Qadir al-Dirani bahwa ketidaktahuan orang-orang di zaman kita terhadap Hikmah yang tersembunyi di balik penyebutan Bismillah ketika menyembelih menyebabkan manusia mengabaikan dan enggan untuk menyebutkan Bismillah dan Takbir ketika melakukan penyembelihan binatang ternak dan burung. 
 
Dia berkata:”Yang mendorong saya untuk mempersembahkan tema/pembahasan ini dalam gaya bahasa akademi yang ilmiah, yang membangun arti penting dan keseriusan persoalan ini masyarakat, adalah berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Profesor Muhammad Amin Syaikhu dalam kajian beliau tentang al-Quran dan apa yang beliau sampaikan dan kami dengar bahwa daging sembelihan yang tidak disebutkan nama Allah (Bismillah) maka di dalamnya ada darah yang tersisa/tertahan serta tidak terbebas dari bakteri dan kuman.”
 
Dia menyebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan manusia untuk membaca Bismillah ketika menyembelih binatang, Dia Yang Mahakuasa berfirman dalam Surat al-Anam:
“فكلوا مما ذكر اسم الله عليه ان كنتم باياته مؤمنين ” (ايه 118)

” Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’aam: 118)
 
Dia Yang Mahamulia berfirman:
“ولا تأكلوا مما لم يذكر اسم الله عليه وانه لفسق ”
 
” Dan janganlah kamu mamakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan…“ (QS. Al-An’aam: 121)
 
Dia juga berfirman:
وأنعام لايذكرون اسم الله عليها افتراء عليه” (ايه 138)
 
” Dan binatang ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah di waktu menyembelihnya, semata-mata membuat-buat kedustaan terhadap Allah. …“ (QS. Al-An’aam: 138


Sumber : http://www.jurnalhajiumroh.com/post/dunia-islam/mukjizat-dan-keajaiban-ucapan-bismillah

Manusia dan Keadilan



MANUSIA dan KEADILAN
I. Pengertian Keadilan
            Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
            Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
            Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
II. MACAM-MACAM KEADILAN
a. KEADILAN LEGAL ATAU KEADILAN MORAL
            Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal.
            Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk member tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik.
            Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidak keserasian.
b. KEADILAN DISTRIBUTIF
            Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).
c. KEADILAN KOMUTATIF
            Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
III. Upaya Pendistribusian Keadilan
Kejujuran,
            Kejujuran atau jujur mengandung perngertian bahawa apa yang dikatakan sesuai dengan hati nuraninya, dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Pada hakekatnya kejujuran dilandasi kesadaran moral akan hak dan kewajibannya juga takut akan dosa. Adapun kesadaran moral menuntut manusia untuk memilih hal yang baik dan buruk, halal dan haram, dan sebagainya. Terkadang pemikiran tidak sesuai dengan hati nurani. Saat itulah ketika seseorang bertindak berdasar pemikirannya dikatakan ia tidak jujur kepada dirinya dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa tidak nyaman di hati. Untuk itu, batasan dari kejujuran adalah hati nurani, bukan pemikiran.

E. Kecurangan,
            Secara sederhana kecurangan adalah lawan dari tidak jujur, dan identik dengan licik. Kecurangan mengandung pengertian bahwa seseroang mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak benar/ tidak jujur. Dan biasanya cara yang digunakan tidak wajar. Ada banyak sebab kecurangan, namun pada akhirnya kecurangan akan mengarah kepada keburukan. keburukan adalah lawan kebaikan, dan pada hakikatnya keduanya ada di diri manusia. Tinggal mana yang akan dipilih. Disini, hati nurani lah yang bekerja. Apabila seseorang condong kepada kebaikan, maka kejujuran yang dipilihnya begitupun sebaliknya.

F. Pemulihan Nama Baik,
            Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup bersosial. Orang akan berusaha mati-matian untuk menjaga namanya agar tetap baik. meskipun terkadang jalan yang diambil curang. Nama baik erat kaitanya dengan perbuatan dan tingkah laku. Perbuatan sendiri meliputi banyak hal mulai dari cara berbicara, cara bergaul, dan sebagainya. Perbuatan baik sendiri, bisa dibagi ke dalam dua hal,
1.      manusia menurut sifat dasarnya adalah berupa moral,
2.      manusia dengan aturan-aturan tertentu dalam bermasyarakat.
Pemulihan nama baik sendiri berarti adanya kesadaran dari seseorang untuk mengembalikan kedudukannya di dalam masyarakat. Hal ini bisa didasarkan bahwa orang itu berbuat salah dan menyadarinya, atau mendapat fitnah dari pihak lain. Pada intinya, pemulihan nama baik adalah upaya untuk mengembalikan kedudukannya kembali di dalam masyarakat.

G. Pembalasan,
            Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain kepada diri kita. reaksi bisa berupa perbuatan yang sama/ seimbang, lebih kecil, atau bahkan lebih besar. Ketidakadilan bisa terjadi apabila pembalasan dilakukan dengan reaksi yang lebih besar.
Meskipun pembalasan identik dengan perbuatan buruk, namun sebenarnya yang dinamakan pembalasan adalah reaksi dari semua perbuatan kita dalam bergaul. Jika seseorang bergaul dengan baik, maka ia akan mendapat pembalasan yang bak pula. Sebaliknya, apabila seseorang bergaul dengan cara yang tidak baik, maka ia akan mendapatkan balasannya berupa ketidakbaikan pula.
Sumber :
http://bahlayadmarini.blogspot.com/

Manusia dan Penderitaan

Ngomongin penderitaan berarti kita harus tau arti kata terlebih dahulu. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.


Siksaan

Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasman, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akiabt siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yagn sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, keakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
 

      Rasa Sakit
1.      Sakit Merupakan Sunnatullah
            Sakit merupakan keadaan yang senantiasa dialami oleh hampir semua manusia. Dengan merasa sakit, manusia tahu dan sadar akan pentingnya keadaan sehat. Sehingga ia mau mensyukuri nikmat sehat tersebut. Keadaan sakit merupakan sunnatiallh yang mengikuti hukum sebab-sebab dari Allah SWT. Misalnya cacat lahir, penyakit infeksi dan lain sebagainya.
2.      Sakit Merupakan Ujian
            Hadis Riwayat HR. Ibnu Majah dan Turmudzi “Sesungguhnya bila Allah SWT. mencintai suatu kaum, dicoba-Nya dengan berbagai cobaan. Dan barang siapa yang tidak ridhla, maka mereka akan memperoleh murka Allah SWT”.
3.      Sakit Sebagi Penebus Dosa
            Hadis Riwayat HR. Muslim “Tidak ada satu musibah yang menimpa seseorang mukmin walaupun hanya tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah tingkatkan derajadnya dan dihapuskan dosanya”.
4.      Sakit Sebagi Peringatan
            Misalnya ketika manusia dalam hidupnya sudah menyimpang dan sudah keluar dari ajaran agama, sehingga Allah SWT menurunkan sebuah penyakit untuk menyadarkannya dan supaya kembali kepada jalan yang lurus.
5.      Sakit Sebagi Azab
            Contohnya ketika sebuah masyarakat yang banyak melakukan kezaliman yang sangat berlunta-lunta, sehingga pada dusun atau negara tersebut di beri sebuah azab, seperti adanya wabah penyakit yang sulit penyembuhannya.
6.      Upaya Penyembuha
a.       Allah SWT yang menentukan kesembuhan
b.      Manusia wajib untuk berikhtiar seperti pengobatan, perewatan dan lain-lain.
Sumber-sumber penderitaan
 Penderitaan seeorang pasti ada penyebabnya, yaitu : 
  1. Penderitaan kita merupakan akibat dari kelalaian atau kealpaan kita. Seseorang menganggap enteng aturan kesehatan dan kemudian jatuh sakit. Ia sendiri yang menjadi penyebab atas penderitaannya dan dalam hal ini sakitnya ia merupakan konsekuensi natural dari kelalaiannya. Dalam istilah hukumnya, tiada dosa yang terjadi dalam perbuatan ini. Hal ini merupakan kerugian bagi dirinya sendiri. Tiada orang lain yang terlibat dalam hal ini. Ia dapat, jika mau, menyalahkan dirinya sendiri.
  2. Sebab kedua dari penderitaan dapat terjadi karena pengaruh alam; penderitaan semacam ini selalu dikatakan kepada kita sebagai “perbuatan Tuhan.” Gempa bumi, badai, prahara dan kejadian-kejadian natural lainnya berada di luar control manusia dalam kategori ini. Kejadian ini merupakan sebuah kemestian untuk menjalankan roda mesin dunia secara sistematis dan terencana. Namun demikian, orang yang menderita dan daya ujinya dicoba dengan penderitaan ini.
  3. Sebab ketiga adalah penderitaan yang disebabkan oleh orang lain. Sebab ketiga ini merupakan jenis penderitaan yang paling sulit. Seorang penguasa tiran, tetangga yang mengganggu, anak yang membangkang, musuh yang tak berbelas kasih, bawahan yang kurang disiplin, atasan pembual, pelanggan yang curang, mitra kerja yang menelikung, pasangan yang menyiksa, hakim yang tidak fair merupakan contoh-contoh yang dapat diberikan dalam masalah ini. Seseorang harus menderita seluruh masalah ini, suka atau tidak suka, terkadang tanpa kesalahan yang dilakukan olehnya.
Upaya-upaya menghindarkan penderitaan
upaya-upaya positif dalam mencegah timbulnya penderitaan adalah dengan cara memperbaiki atau mempertahankan hubungan baik kita, baik itu hubungan manusia dengan dirinya, dengan sesama, dengan Tuhan, maupun alam. Dengan memperbaiki hubungan kita seperti penjelasan diatas tentunya penderitaan sedikitnya akan jarang hadir atau bahkan tidak akan datang menghampiri kita.
Memperbaiki hubungan dengan diri sendiri dengan cara melakukan segala aktivitas yang positif dan baik, lebih peduli terhadap kesehatan tubuh, kebersihan, dan menjaga pola makan agar tarhindar dari segala penyakit. Memenuhi kebutuhan sosia, jasmanil dan rohani agar jiwa sehat dan jauh dari kekalutan dan ketakutan yang menyebabkan timbulnya penderitaan.
Menjaga hubungan baik dengan Tuhan dengan cara bertaubat kembali kepeda ajaran-Nya serta menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dengan sungguh-sungguh dan menjauhi segala yang menjadi larangan-larangan-Nya. Mengingat Tuhan disetiap aktivitasnya sehingga tubuh serta jiwa selalu diberikan ketenangan. Dalam kitab suci agama Islam (Al-Qur’an) dikatakan bahwa “Hanya dengan mengingat Tuhan (Allah), maka hati ini akan menjadi tenang”. Dengan mengingat Tuhan tentunya kita akan jauh dari penderitaan juga tidak akan menimbulkan penderitaan pada orang lain pula.
Menjaga hubungan baik dengan sesama dapat kita terapkan dengan cara meningkatkan toleransi kita kepada orang lain, saling tolong menolong dengan sesama, berperilaku dan beretika yang baik dihadapan sesama, menjaga hubungan sosial dengan baik sehingga jauh dari fitnah dan perselisihan, menghargai hak-hak orang lain serta melakukan tanggung jawabn dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dengan adanya hubungan yang baik antar sesama tentu akan menjadikan lingkungan kita menjadi damai, aman, nyaman, dan tentram, sehingga terciptalah lingkungan yang seimbang.

Manusia dan Keindahan

Akar kata beauty (Gie, 1996:17) berasal dari kata Latin bellum dan akar katanya adalah bonum yang berarti kebaikan. Bonum kemudian mempunyai bentuk pengecilan bonellum yang kemudian dipendekkan menjadi bellum, sehingga makna beauty berhubungan dengan pengertian kebaikan.
Perlu diketahui pula bahwa secara etimologis beauty berhubungan dengan benefit, yang berarti bermanfaat dan berguna. Dalam bahasa Indonesia, kata indah selain memiliki makna yang sama dengan kata beauty juga bermakna peduli (akan), menaruh perhatian (terhadap). Oleh akrena itu, beberapa arti atau dari istilah keindahan mengimplikasikan adanya perhatian dari subjek terhadap objek. Makna yang dimaksud sangat dekat dengan pendaat Plato yang menyatakan bahwa langkah pertama dalam memperoleh pemahaman mengenai keindahan adalah mencintai atau memperhatikan.
Dalam arti luas, keindahan yang awalnya dikembangkan oleh bangsa Yunani sebernarnya mengandung nilai kebaikan, para filsuf Yunani mengungkapan bahwa keindahan mencakupi kebaikan yang diwujudkan dalah media yang menyenangkan.
Sementara keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Penyerapan tersebut bisa berupa visualisasi menurut penglihatan, secara audial menurut pendengaran, dan juga secara intelektual menurut keindahan. Dengan demikian, menikmati keindahan tidak hanya soal melihatnya saja, tetapi juga memahami secara cermat, menyelami makna dalam keindahan tersebut serta mengolahnya melalui kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia sebagai penikmat keindahan.
Bangsa Yunani sebagai bangsa yang memulai mengembangkan teori tentang keindahan juga mengenal keindahan dalam arti estetis atau estetika.
Secara etimologis estetika berasal dari bahasa Yunani aistheta. Semantara dalam bahasa Inggris disebut dengan asthetics atau esthetics yaitu studi tentang keindahan. Orang yang menikmati keindahan disebut dengan aesthete, sementara ahli keindahan disebut dengan aesthetician (Ratna, 2007:4).
Dalam sejarah kesusastraan Barat, selama berabad-abad teori estetika didominasi oleh doktrin seni sebagai media pengajaran bagi pembaca, seni meniru alam, seni meniru ciptaan Tuhan. Namun dominasi tersebut mulai ditolak pada abad ke-19, pada masa Romantik yang berpendapat bahwa estetika merupakan aspek kehidupan yang hadir secara mandiri, bukan karena tiruan dan sebagainya.
Estetika dapat dipandang dari berbagai aspek, tetapi pegangan untuk memahami nilai-nilai estetika yang dipergunakan dalam karya seni terdapat nilai bahwa estetika terdiri dari:
  1. Absolutisme; doktrin tentang pembakuan suara/pengakuan mengenai keindahan. Penilaian dengan doktrin ini tidak dapat ditawar lagi, artinya: karya yang tidak memenuhi syarat maka karya itu tak mempunyai nilai.
  2. Anarki; doktrin ini menyerahkan penilaian kepada masing-masing pribadi secara murni, subjektif dan tak perlu tanggung jawab.
  3. Relativisme; doktrin ini menggunakan kriteria atau pembakuan tentang nilai estetika yang tidak mutlak (absolut), tetapi masih objektif dalam pemikiran karena karya berasal dari keinginan dan motivasi manusia abadi.
Keindahan dalam Saling Keterkaitan
  1. Renungan
    Renungan berasal dari kata renunag, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sarna lain berbeda, meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan subyek.

  2. Keserasian
    Keserasian berasal dari kata serasi-serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang. Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli pikir berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatuhal.

  3. Kehalusan
    Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus.
    Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas. Sudah tentu sebagai lawannya ialah sikap kasar atau sikap orang-orang yang sedang emosi, bersikap sombong, bersikap kaku sikap orang yang sedang bermusuhan. Oleh karena itu kehalusan dapat menunjukan nilai keindahan seseorang dan sikap kasar bisa mengurangi nilai keindahan dari seseorang.

  4. Kontemplasi
Suatu proses bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai makna, manfaat, dan tujuan, atau niat hasil penciptaan. Disamping itu seni menurut wataknya akan berpadu dengan keindahan karena itu menurut logika deduktiv dapa dikatakan bahwa keindahan dalam seni juuga harus di kontemplasikan.


Sumber : http://namykrenz.wordpress.com/2013/04/20/manusia-dan-keindahan-3/

Manusia dan Cinta Kasih

Cinta dan kasih sayang begitu popular didunia ini, bahkan manusia akan merasakekeringan dalam hidup jika tanpa kasih sayang. Semua orang pasti ingin dicintai dan dikasihi,dari bayi sampai lanjut usia semua membutuhkan cinta dan kasih sayang. Merupakan renunganyang harus benar-benar diperhatikan adalah bagaimana kita menumbuhkan cinta dan kasihsayang yang baik terhadap diri kita dan orang lain, yang kita semua adalah ciptaan Tuhan YangMaha Esa.Kasih sayang yang baik sebenarnya adalah :
Memberi bukan menerima.
 
Tidak menuntut orang lain berbuat baik dulu kepada kita baru kita membalasnya dengan kasih, tetapi kita harustetap mengasihi tanpa syarat. Kasih itu juga dapat didefinisikan sebagai berikut :
 Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, kasih tidak  pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersuka cita karena ketidak adilantetapi karena kebenaran.
Kasih mendorong kita dalam pengembangan mendahulukan kepentingan orang lain, dari pada kepentingan diri sendiri.


Sumber : http://namykrenz.wordpress.com/2013/04/20/manusia-dan-cinta-kasih-4/

Template by : kendhin x-template.blogspot.com